Sejarah Desa
Sejarah Desa
Pada zaman sebelum kemerdekaan di Desa Poncol ada seorang pendatang dari daerah Surakarta ( Solo ). Beliau adalah seorang bangsawan dari Mataram, dan bernama Kyai Cokro Kusumo. Kedatangan Beliau bertujuan untuk berdagang dan mengembangkan agama Islam. Pada waktu itu Masyarakat desa Poncol masih sangat ketinggalan dalam segala bidang, boleh dikatakan masih Primitif, masyarakat umumnya masih menyembah dan mengagungkan pohon-pohon yang besar dan dianggap keramat.
Kyai Cokro Kusumo pada waktu datang di desa ini sudah setengah baya maka beliau untuk membantu berjalan memakai Tongkat yang terbuat dari kayu jati. Setelah menetap didesa ini tongkat Kyai Cokro Kusumo ditancapkan diatas sebidang tanah yang kosong, akhirnya karena adanya Karomah yang dimiliki Kyai Cokro Kusumo tongkat tersebut dapat tumbuh menjadi pohon hidup. Namun pada waktu menancapkan tongkat tersebut terbalik maka kayu yang tumbuh dari tongkat tersebut menjadi sungsang. Akhirnya sampai sekarang masyarakat menyebut kayu tersebut dengan sebutan JATI SUNGSANG.
Setelah pohon tersebut tumbuh menjadi besar dan berbuah maka disekelilingnya banyak tumbuh kayu jati yang berasal dari buahnya yang telah rontok. Kayu tersebut terletak di dusun Tlayu, setelah beberapa tahun berlalu akhirnya kayu kayu itu tumbuh besar, yang akhirnya oleh bapak Kyai dibuat Masjid. Kyai yang mempelopori berdirinya Masjid yang pertama di desa ini adalah seorang Kyai muda yang berasal dari desa Ngampin, beliau bernama Kyai Imam Mawardi yang lebih akrab disebut Kyai Rusdan.
Kyai Cokro Kusumo lalu berdomisili di desa Poncol dan bekerja sebagai petani, di samping bertani Kyai Cokro Kusumo juga mengajarkan agama Islam. Untuk meluruskan keimanan masyarakat desa Poncol. Karena dengan kerendahan hati dan kelebihannya maka banyak masyarakat yang berkunjung untuk belajar ilmu agama. Dan karena cara yang dipakai oleh Kyai cokro Kusumo sangat menyenangkan maka banyak masyarakat yang tertarik terhadap agama Islam.
Setelah bertahun tahun mengajarkan agama Islam maka dari sekian banyak murid Beliau ada yang mempunyai kemampuan yang menonjol, orang tersebut bernama Singo Dirjo, karena keberhasilannya maka masyarakat Poncol menyebut panggilan Kyai Cokro Kusumo dengan sebutan Kyai Moncol
Kyai Cokro mempunyai murid yang sangat menonjol dalam menimba ilmu dari beliau, maka murid tersebut di panggil juga dengan sebutan Murid Moncol, yang akhirnya pada waktu musyawarah di pesantren menamakan desa ini dengan sebutan desa Poncol yang artinya mempunyai nilai lebih, Pinunjul sapepadane.
Pada awalnya desa Poncol terdiri dari 3 Dukuh yaitu ; Tlayu, Wonosari, dan Poncol. Tahun demi tahun terus berjalan dan karena sudah tua maka Kyai Cokro Kusumo akhirnya meninggal dunia, oleh masyarakat setempat Kyai Cokro Kusumo dimakamkan di dekat kayu jati sungsang yang dulunya tumbuh dari tongkatnya sendiri di Dukuh Tlayu, dan sampai sekarang makam tersebuit masih di rawat oleh masyarakat desa setempat.
Akhirnya yang meneruskan perjuangan Kyai Cokro Kusumo adalah muridnya yang bernama Singo Dirjo, saat itu pula Singo Dirjo memimpin masyarakat desa Poncol. Pada masa itu masih masa penjajahan Belanda, dengan keberanian serta dukungan dari masyarakat maka pada tahun 1837 Singo Dirjo dapat meng- Islamkan masyarakat desa Poncol dan dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan didesa Poncol, yuang akhirnya roda Pemerintahan dilanjutkan dari lurah ke lurah atau sekarang disebut dengan kepala Desa.
Berikut data dan Catatan sejarah perkembangan desa dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sepanjang perkembangan di Desa Poncol sampai dengan Tahun 2020 :
TAHUN |
NAMA PEJABAT KEPALA DESA |
HASIL PEMBANGUNAN YANG DI CAPAI |
1837-1855 |
Singo Dirjo |
· berhasil mengembangkan ajaran agama Islam ditengah masyarakat desa yang waktu itu masih kental dengan kepercayaan animisme, dan Dinamisme |
1855-1858 |
Iro Kromo |
· beliau hanya melanjutkan menata kehidupan bermasyarakat di desa Poncol |
1858-1886 |
Dul Ngali
|
· beliau berhasil Meningkatkan Pesantren dan kesatuan masyarakat serta berhasil mengatur wilayah sampai tingkat dusun, beserta mengangkat beberapa pamong untuk membantu tugasnya dalam menjalankan pemerintahan di tingkat desanya. |
1886-1900 |
Kasan Rejo |
· Pada masanya tidak ada kegiatan yang menonjol pada masa Kepemimpianan beliau dalam Bidang pembangunan dan kemasyarakatan |
1900-1913 |
Wongso Dirjo |
· beliau berhasil mengembangkan seni dan kebudayaan di tiap lapisan masyarakat, mempersatukan kelompok kelompok masyarakat. |
1913-1927 |
Ponco Harjo |
· beliau Membagi tanah kepada masyarakat sebagai lahan pertanian untuk menopang kehidupan masyarakat. Pembagian tersebut secara merata, tiap KK mendapat 1 kulen tanah. Lurah Ponco Harjo adalah sosok lurah yang sangat di agungkan dan disegani masyarakat. Akhirnya lurah Ponco Harjo diangkat menjadi demang di kecamatan Poncol. |
1927-1935 |
Suwito |
· Lurah Suwito adalah putra dari lurah Ponco Harjo, melanjutkan pembangunan yang telah dirintis oleh ayahnya, pada saat itu juga masuk partai politik ke desa Poncol, mulai saat itu masyarakat sudah mulai ada perbedaan pendapat, yang akhirnya lurah Suwito harus bekerja lebih keras lagi untuk mempersatukan masyarakatnya |
1935-1945 |
Suwahyu |
· Lurah Suwahyu adalah menantu lurah Ponco Harjo, bersama kyai Rusdan berhasil membangun masjid yang pertama di desa Poncol tepatnya di dusun Tlayu. Pembangunan masjid ini terwujud karena kerja sama masyarakat yang baik, sedangkan kayunya adalah kayu hasil sayembara yang diadakan oleh lurah Sawahyu, apabila Kyai Rusdan bisa merobohkan kayu tersebut tanpa menebang maka pembangunan masjid ini dapat dilanjutkan, berkat ketulusan hati dan keiklhasan hati kyai Rusdan untuk mewujudkan masjid di desa ini maka semua do’a kyai Rusdan terkabulkan, dan pagi harinya kayu tersebut roboh dengan sendirinya. |
1945-1965 |
Parto Rejo |
· Diantara keberhasilan Beliau antara lain : ü Pembangunan jalan desa ü Pembangunan SD I dan SD II desa Poncol ü Menata perekonomian masyarakat ü Mengikat Persatuan dan kesatuan dalam satu wadah organisasi, Nasional Agama Komunis ( NASAKOM ) · Pada waktu di pemerintah pusat ada pemberontakan yang dilakukan oleh PKI atau di sebut dengan sebutan G 30 S PKI maka lurah Parto Rejo beserta perangkatnya diberhentikan oleh pemerintah. |
1965-1967 |
Imam Mawardi |
· Lurah Imam Mawardi adalah lurah pertama Desa Poncol setelah peristiwa pemberontakan G 30 S PKI, beliau berhasil membangun jalan tembus Sanggrahan – Tenggar, serta dapat meningkatkan sarana jalan dengan pengerasan jalan telasah. |
1967-1975 |
Lurah Sono |
· Lurah Sono adalah Lurah hasil Pemilihan Lurah yang pertama kali diadakan. Lurah Sono adalah lurah yang menjabat pada masa orde baru , Beliau berhasil membangun jalan poros desa yang dulunya masih kecil dan tidak dapat di lalui oleh kendaraan menjadi jalan yang lebar, yang tentunya sangat menguras tenaga masyarakat, membangun dalai desa Poncol, menata perekonomian masyarakat, membentuk kembali pamong pamong desa dan pamong dusun untuk membantu tugasnya dalam pemerintahan , dan akhirnya pada tahun 1975 beliau meninggal dunia. |
1975-1998 |
Asroful Anam |
· Lurah Asroful Anam adalah putra dari Kyai Imam Mawardi, Asroful Anam menjabat sebagai lurah sejak usia 25 tahun. · Diantara keberhasilan pada masa Kepemimpinan Lurah Asroful Anam antar lain Pembangunan Tembat Ibadah, Lembaga Pendidikan formal berbasisi Keagamaan (Pondok Pesantren,MI,MTs Darul Ulum), Pembangunan Balai Desa, Poskamling dan Pembangunan Jalan Desa. · Memecah desa menjadi 5 dusun yaitu; Jurug, Tlayu, Wonosari, Poncol dan Tanggkil. Serta mengangkat pamong di tiap tiap dusun tersebut. |
1998-2013 |
HIM. Kliwon |
· HIM. Kliwon dulunya menjabat sebagai kepala dusun Wonosari, beliau dapat membina dan meningkatkan persatuan dan kesatuan dengan mengedepankan demokratisasi, dengan bukti dapat berdirinya Vihara Vimalakirti Poncol , Pembangunan Infrastruktur Desa, tempat Ibadah dan Lembaga keagamaan lainnya |
2013- sekarang |
Samsuhari |
· Samsuhari menjabat kepala desa Poncol Periode I (2013-2019) dan menjabat diperiode II (2019-2025) mulai 17 Desember 2019, Beliau adalah kepala desa Poncol yang lahir dari kalangan Pemuda, dengan latar belakang Pendidikan Formal dan Pendidikan Pesantren Beliau memiliki pola pikir dan karakter kepemimpinan lebih Maju, Modern, Visioner dan Agamis. · dengan dukungan 70% lebih aparatur Pemerintah Desa yang masih muda beliau melakukan banyak perubahan dalam tata kelola Pemerintahan Desa ,Pembangunan Desa , Pembinaan kemasyarakat dan pemberdayaan masyarakat Desa yang dipimpin · Indikator peningkatan kemajuan yang dapat dilihat dan dinikmati masyarakat luas antara lain : ü Banyak program Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten dilaksanakan diwilayah Desa Poncol yang bermanfaat untuk masyarakat seperti : PAMSIMAS, TMMD XII 2019, Hibah Air Minum 2019 MBR, FKUB dan lain-lain. ü Pembangunan Infrastruktur Desa, Sarana dan Prasarana Desa antara lain Jalan Desa , Jalan Pertanian, jembatan penghubung, Pos Kesehatan Desa , Sarana Olahraga Desa dan terbentuknya BUM Desa “Cakrawaringin Jati”. ü Terciptanya sinergi kerjasama saling melengkapi antara Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) , Lembaga Kemasyarakatan Desa (RT, RW, PKK, LPMD, Karang Taryna, POSYANDU), Lembaga Pendidikan, dan organisasi Kemasyarakatan lainnya |